JAKARTA – Menghadapi penetapan Upah Minimum 2026, Dedi Hardianto, aktivis buruh menyerukan pergeseran paradigma dalam melakukan unjuk rasa.

“Perjuangan tidak lagi identik dengan teriakan kemarahan atau tindakan fisik, melainkan melalui diplomasi jalanan yang cerdas dan tertib,” ucapnya.

Dedi mendesak anggotanya untuk menonjolkan data ekonomi dan argumen yang kuat daripada melakukan aksi-aksi yang memicu sentimen negatif masyarakat.

“Wajah perjuangan buruh harus modern. Kita menuntut hak dengan cara-cara yang terhormat. Hindari konfrontasi yang tidak perlu dan fokus pada esensi tuntutan,” tegas Dedi.

Menurutnya, citra buruh yang tertib akan jauh lebih efektif dalam memengaruhi kebijakan pemerintah dan menarik simpati publik. Aksi damai ini juga menjadi cara pekerja menjaga keberlangsungan industri tempat mereka mencari nafkah.

“Dengan menjaga perilaku selama unjuk rasa, para pekerja berperan aktif dalam memelihara stabilitas nasional,” jelasnya.

Aktivis Buruh yang juga merupakan Sekjen KSBSI ini menjamin bahwa setiap titik aksi akan meninggalkan lokasi dalam keadaan bersih dan aman, mencerminkan nilai-nilai luhur pekerja Indonesia yang disiplin.

“Hal ini dilakukan demi memastikan bahwa perjuangan upah 2026 berjalan linier dengan upaya pemerintah dalam menjaga pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,” pungkasnya.

Temukan juga kami di Google News.