Jakarta – Greenpeace Indonesia turut berduka atas peristiwa banjir besar di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat yang merenggut nyawa lebih dari 600 orang, membuat ratusan orang hilang, dan ratusan ribu orang mengungsi. Melihat besarnya skala dampak yang terjadi hingga saat ini, Greenpeace mendukung agar pemerintah segera mengerahkan penanggulangan bencana dengan cepat dan tepat.
“Peristiwa banjir besar yang melanda Sumatera ini seharusnya menjadi pengingat terakhir bagi pemerintahan Presiden Prabowo Subianto untuk membenahi kebijakan pengelolaan hutan dan lingkungan hidup serta komitmen iklim secara total. Banjir besar tersebut menandakan dua hal: dampak krisis iklim yang tak bisa lagi dihindari dan perusakan lingkungan hidup yang sudah terjadi menahun,” kata Ilham Yudha.
Dampak krisis iklim terlihat dari cuaca yang kian ekstrem, termasuk hujan lebat yang diperparah dengan terjadinya siklon tropis Senyar pada 25-27 November 2025 di Selat Malaka.[1] Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), lewatnya siklon tropis Senyar di Selat Malaka, bahkan hingga ke daratan Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat ini bukan fenomena umum mengingat posisi Indonesia di dekat garis ekuator.




Tinggalkan Balasan