Jakarta – Fenomena El Nino memberikan dampak terbesar terhadap penurunan sentra produksi pangan. Kekeringan di sejumlah wilayah lumbung padi Nasional akibat kemarau ekstrim turut mempengaruhi stok pangan dalam Negeri, khususnya beras.

Pengamat pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Khudori saat ditemui wartawan pada Sabtu (21/10) menyebutkan kebutuhan konsumsi beras pada akhir tahun 2023, hingga awal tahun 2024 cukup tinggi dipengaruhi situasi politik (Pileg dan Pilpres) sampai dengan bulan Ramadhan.

Khudori mengapresiasi upaya pemerintah menambah kuota importasi beras di tahun 2023, sebanyak 1.2 juta ton sebagai solusi mengatasi kebutuhan konsumsi masyarakat, hanya saja perlu perhitungan cermat.

“Kebutuhan importasi beras hingga tahun depan cukup 1 juta ton saja. Sebab sebelumnya pemerintah telah menetapkan kuota sebanyak 2 juta ton, plus 300 ribu ton carry over tahun 2022 cukup hingga memasuki panen raya di tahun 2024, sebagai solusi jangka pendek.” tegasnya.

Sementara untuk kepentingan jangka menengah maupun jangka panjang, harus ada identifikasi komoditas prioritas yang dapat diproduksi secara mandiri, dan didukung dengan upaya menambah luasan lahan produksi pangan, pasalnya lahan pangan dalam negeri saat ini dinilai sangat kecil, hanya mencapai 0,096 hektar.

“Jika dibandingkan dengan luasan lahan di Wilayah Asean, Indonesia tergolong sedikit.” tuturnya.

Khudori menyatakan Pemerintah perlu didorong untuk melakukan lompatan besar dengan menggunakan inovasi dan teknologi guna meningkatkan produktifitas beras, meskipun membutuhkan riset yang terukur dan memakan waktu cukup lama.