JAKARTA – Pernyataan Capres No. Urut 2 Prabowo Subianto kembali menuai polemik lantaran memberi angin segar kepada negara-negara lain untuk memindahkan kedutaan Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Mantan Kuasa Hukum Habib Rizieq Shihab, Kapitra menyarankan agar para ulama yang awalnya mendukung Prabowo untuk evaluasi diri atau mencabut dukungannya. Sebab, kata dia, dari perlakuannya sendiri bisa dilihat bahwa mengarah ke asing.
“Ini terbiasa ke barat, tidak yakin akan membela Islam,” ujar Kapitra, hari ini.
“Saya hanya menyarankan untuk ulama atau ijtima ulama yang mendukung prabowo untuk cabut dukungan, saya sendiri belum tahu atau malah memang belum ada ulama yang mencabut dukungan atau mengkaji ulang,” beber dia lagi.
Kapitra menilai pernyataan Prabowo membuktikan lebih mencintai asing, pro western daripada Islam.
“Prabowo lebih membela barat daripada Islam. Tentunya ini jelas melukai umat Islam. Karena dari kebijakan politik Indonesia sendiri (politik luar negeri) sesuai UUD menolak hal ini karena termasuk bentuk penjajahan,” tegas Kapitra.
Dia pun merasa khawatir bila Yerusalem atau Palestina yang menjadi benteng terakhir itu diduduki maka akan berpengaruh ke Mekkah dan Madinah akhirnya merambat ke Jakarta.
“Bisa-bisa Indonesia dikuasai oleh Yahudi sehingga umat Islam harus berjuang untuk menghindari penjajahan ini. Tapi disayangkan, Prabowo yang notabene didukung malah membela penjajah,” cetus Kapitra.
Bagi Kapitra, Prabowo ini tidak sesuai sikap, berkata membela Palestina tapi melanggar platform bangsa dan kebijakan luar negeri Indonesia yang ada di pembukaan UUD. Kata dia, sama saja Prabowo mendukung penjajahan atau pencaplokan Palestina.
“Kita meragukan keberpihakannya pada Palestina, penganut westernest atau kebarat-baratan. Kalau saat ini ada ulama atau umat Islam mendukung Prabowo dan menghargai keputusannya sama saja lambat laun Prabowo akan membiarkan palestina dijajah,” terang Kapitra.
Lebih jauh, Kapitra mengingatkan jika ulama pendukung tidak ada merespon maka kecintaannya pada Islam patut di ragukan.
“Pengaruhnya dengan ulama, terutama ulama pendukung Prabowo sebelumnya, khawatir awalnya sudah didukung ulama tetapi takut nantinya saat sudah jadi atau sukses malah lupa dan bisa ke arah kriminalisasi. Misalnya ulama ditangkapi,” pungkasnya.