Jakarta – Dalam upaya memperkuat kerukunan umat beragama dan memperingati Hari Lahir Pancasila pada 1 Juni, sebuah workshop nasional bertajuk “Penguatan Peran Pemerintah Daerah, FKUB, dan Tokoh Agama dalam Merawat Kerukunan Umat Beragama serta Penguatan Moderasi Beragama Pasca Pemilu” diselenggarakan di Jakarta. Kegiatan ini dihadiri oleh berbagai tokoh agama, pejabat pemerintah daerah, anggota Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), akademisi, dan perwakilan masyarakat sipil.Workshop nasional ini diharapkan dapat memberikan inspirasi dan panduan praktis bagi pemerintah daerah, FKUB, dan tokoh agama dalam menjalankan peran mereka untuk merawat kerukunan umat beragama di Indonesia. Dengan semangat Pancasila, diharapkan seluruh elemen masyarakat dapat bersatu padu dalam membangun bangsa yang adil, makmur, dan damai.
Workshop ini menghadirkan Antonius Benny Susetyo, Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), sebagai pembicara utama. Benny Susetyo dalam paparannya menekankan pentingnya nilai-nilai Pancasila dalam upaya merajut kembali toleransi dan kebersamaan dalam perbedaan, terutama setelah dinamika pemilihan umum yang sering kali memicu polarisasi di masyarakat.
Lebih lanjut , Benny Susetyo menyampaikan, “Nilai-nilai Pancasila harus menjadi pedoman dalam setiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila bukan sekadar ideologi negara, tetapi juga panduan untuk merawat keberagaman dan membangun harmoni di tengah perbedaan.”
Benny menjelaskan bahwa Pancasila merupakan cerminan dari semangat kebersamaan dan toleransi. Pancasila menggambarkan aspek-aspek penting dari kehidupan yang harmonis dan damai di tengah keberagaman, baik agama, suku, maupun budaya. Oleh karena itu, upaya merawat kerukunan umat beragama harus berakar pada penerapan nilai-nilai Pancasila secara konsisten.
Selanjutnya dalam FGD yang menghadirkan para pengurus FKUB dari seluruh Indonesia ini Benny menyoroti peran FKUB yang sangat strategis dalam menjaga kerukunan umat beragama. FKUB, menurut Benny, harus menjadi garda terdepan dalam menyelesaikan konflik dan ketegangan yang mungkin timbul di masyarakat.
“FKUB memiliki tugas penting dalam membangun dialog antarumat beragama dan mendorong pemahaman yang lebih dalam tentang pentingnya toleransi dan kerukunan,” ujarnya.
Doktor komunikasi Publik ini juga mengingatkan bahwa penghormatan terhadap keberagaman harus dilakukan dengan cara yang tidak dogmatis dan hapalan, tetapi secara humanis, praktis, dan komprehensif.
“Pendekatan yang humanis dan praktis akan lebih efektif dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila dan membangun kebersamaan di tengah perbedaan,” tambahnya.
Tokoh agama, lanjut Benny, memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga kerukunan umat beragama. Sebagai panutan di komunitas masing-masing, tokoh agama diharapkan dapat menjadi jembatan yang menghubungkan berbagai kelompok dan mempromosikan nilai-nilai kebersamaan dan toleransi. Benny mengajak para tokoh agama untuk aktif dalam kegiatan-kegiatan yang mendukung kerukunan, seperti dialog antaragama, kegiatan sosial bersama, dan kampanye perdamaian.
“Tokoh agama harus menjadi agen perubahan yang mendorong masyarakat untuk hidup dalam damai dan harmonis, sesuai dengan nilai-nilai Pancasila,” ujarnya.
Lebih lanjut Benny Juga membahas tantangan-tantangan yang dihadapi dalam menjaga kerukunan umat beragama dalam era digital khususnya pada masa pasca pemilu. Pemilu sering kali meninggalkan jejak polarisasi dan perpecahan di masyarakat khususnya di ruang digital. Oleh karena itu, diperlukan upaya rekonsiliasi yang melibatkan seluruh elemen masyarakat untuk mengembalikan semangat persatuan dan kebersamaan.
Ia menyatakan bahwa proses pemilu yang demokratis memang wajar menimbulkan perbedaan pendapat, namun setelah pemilu usai, seluruh elemen masyarakat harus kembali bersatu untuk membangun bangsa.
“Rekonsiliasi adalah kunci untuk menghilangkan polarisasi yang terjadi selama pemilu. Kita harus kembali ke semangat persatuan dan kebersamaan yang menjadi inti dari Pancasila,” tegasnya.
Sejalan dengan hal tersebut Benny mengajak Para peserta workshop untuk tidak saja merenungkan bagaimana nilai-nilai Pancasila dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan namun juga secara kongkrit mulai dari keluarga, lingkungan kerja, hingga komunitas yang lebih luas. Pancasila menurut Benny bukan hanya teori untuk dihafal, tetapi harus diwujudkan dalam tindakan nyata, hal tersebut dapat dilakukan dengan menggandeng anak anak muda gen z serta para konten kreator dan influencer untuk memenuhi ruang publik dan digital dengan konten konten positif yang mencerminkan nilai nilai Pancasila.
“Setiap tindakan kita harus mencerminkan semangat Pancasila, serta semangat persatuan dan kesatuan dengan demikian, kita dapat membangun masyarakat yang lebih adil, makmur, dan damai,” kata Benny.
Benny Susetyo lebih lanjut juga mengapresiasi partisipasi aktif para peserta yang berasal dari berbagai lokasi di Indonesia Antara lain Dari kabupaten Kepulauan Aru, kota Banjarmasin, kota Ternate, kabupaten Banjarbaru, kabupaten Karo, kabupaten Sumbawa, kabupaten Sumbawa barat dan kabupaten Muaro Jambi. Staff Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila tersebut menekankan kembali komitmen BPIP dalam mendukung upaya-upaya untuk memperkuat moderasi beragama dan kerukunan umat beragama bersama segenap elemen Bangsa Indonesia termasuk Forum Kerukunan Umat Beragama.
Benny menutup paparannya dalam acara yang dihadiri 50 orang tersebut dengan menyatakan bahwa “Mari kita bersama-sama merawat nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Dengan semangat Pancasila, kita dapat membangun Indonesia yang lebih rukun, harmonis, dan sejahtera,”
Tinggalkan Balasan