Jakarta – Hasil survei yang dilakukan oleh Galidata dengan melibatkan 3.600 responden mengungkapkan bahwa Pasangan Ganjar-Mahfud menempati puncak elektabilitas sebesar 36,2%, diikuti oleh Prabowo-Gibran dengan 33,3%, dan Anies-Muhaimin dengan 26,1%. Bey Arief Budiman, perwakilan Galidata, mengungkapkan hasil ini dalam sebuah diskusi rilis di Hotel Tamarin, Jakarta, pada tanggal 11 Januari.
Menanggapi hasil survei tersebut, Ray Rangkuti, seorang pengamat politik, memberikan pandangan kritis terhadap kinerja pemerintah dan elektabilitas pasangan Prabowo-Gibran. Ia menyoroti bahwa tidak adanya pergerakan signifikan dari pasangan tersebut mungkin disebabkan oleh tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Presiden yang dinilai stagnan bahkan menurun.
“Pertama, pasangan 02 mutlak mengandalkan Kineraj Pak Jokowi. Jika Pak Jokowi stabil maka akan meningkatkan elektabilitas 02. Jika turun, maka hasilnya mengikuti,” kata Ray di Hotel Tamarin, Jakarta Pusat, 11 Janurai 2024.
Ray Rangkuti menekankan bahwa strategi kampanye Pasangan Prabowo-Gibran, seperti branding “goyang gemoy” dan janji susu gratis, mulai kehilangan popularitasnya.
Menurutnya, masyarakat yang terus mendapatkan informasi baru, baik dari kampanye calon legislator maupun media konvensional, semakin cerdas dalam menyikapi substansi kampanye. Kehilangan keviralan janji kampanye dapat disebabkan oleh pemahaman masyarakat bahwa hal tersebut hanya merupakan upaya branding semata.
“Di tengah masyarakat yang saat ini terus mendapati informasi-informasi baru, baik itu dari kampanye calon legislator ataupun dari media yang mereka konsumsi, hilangnya keviralan gemoy dan susu gratis bisa jadi karena masyarakat mulai mengerti substansi kampanye yang digencarkan oleh Pasangan Prabowo-Gibran tersebut hanya branding semata,” ucap Ray.
Selanjutnya, peran gerakan mahasiswa dan masyarakat sipil dalam menolak politik dinasti juga menjadi sorotan Ray Rangkuti.
“Intensifnya gerakan mahasiswa seta masyarakat sipil yang menolak politik dinasti, dan bagaimana generasi terkini merespon isu-isu politik dalam bentuk-bentuk kreatif, sepetinya mulai bekerja di masyarakat,” kata Ray.
Galidata, dalam penjelasan Ibey Arief Budiman, membenarkan bahwa hasil survei tersebut sejalan dengan analisis Ray Rangkuti. Kepuasan terhadap kinerja Presiden Joko Widodo dinilai kurang baik, dengan hanya mencapai 57,6%.
Beberapa faktor ketidakpuasan masyarakat meliputi masalah lonjakan harga pangan, kesulitan mencari lapangan pekerjaan, kebijakan pendidikan dan kesehatan yang dianggap mahal, serta kontroversi politik dinasti yang melibatkan keluarga Presiden.
“Dalam pemilu nanti, tiga provinsi di Jawa memainkan peran penting. Ganjar unggul di Jawa Tengah dan Jawa Timur, sementara Prabowo mendominasi di Jawa Barat,” kata Ibay.
Pada level provinsi, lanjut Ibay, Prabowo unggul sebesar 40% di Jawa Barat, sedangkan di Jawa Tengah, Ganjar memimpin dengan perolehan 43,7%. Sementara itu, di Jawa Timur, Ganjar-Mahfud memimpin tipis dengan perolehan 37,1%.
Diketahui, Survei Galidata dilakukan sejak 24 Desember 2023 hingga 6 Januari 2024, melibatkan 1.200 responden dengan margin of error 2,83% dan tingkat kepercayaan 95%.
Penekanan pada tiga provinsi di Jawa melibatkan 800 responden tambahan di masing-masing provinsi, dengan Margin of Error di setiap provinsi sebesar 3,2%.
Hasil survei ini diharapkan memberikan pandangan yang lebih akurat terkait elektabilitas dan dinamika politik menjelang Pemilu 2024.
“Untuk Jatim, Ganjar-Mahfud memimpin tipis dengan perolehan 37,1%. Berturut-turut di bawahnya adalah pasangan Anies-Muhaimin dengan 30% dan Prabowo-Gibran 27,6. Dengan undecided voters sebesar 5,3%, kemungkinan gambaran hasil survei Galidata di Jatim mendekati dinamika saat pemilu akan sangat presisi,” tukas Ibey.
Tinggalkan Balasan