MAGETAN – Menjelang peringatan Hari Santri Nasional, Ketua Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten Magetan, KH. Muhammad Ridlo Rifa’i, Lc., mengajak seluruh santri di Indonesia untuk menjadikan Hari Santri sebagai momentum introspeksi diri dan memperkuat semangat perjuangan.

Menurutnya, Hari Santri bukan sekadar perayaan seremonial, melainkan pengingat atas tanggung jawab besar yang dipikul para santri terhadap agama, umat, nusa, dan bangsa.

“Bagi saya, Hari Santri merupakan momentum bagi santri untuk introspeksi diri bahwasanya ada tanggung jawab besar bagi setiap santri untuk menanamkan rasa perjuangan, cinta, dan peduli terhadap umat, agama, nusa, dan bangsa. Karena peringatan Hari Santri Nasional diperingati atas dasar perjuangan santri dalam meraih kemerdekaan Republik Indonesia dari seluruh bentuk penjajahan,” tutur KH. Ridlo.

Ia menegaskan, sejarah perjuangan bangsa Indonesia tidak lepas dari peran pesantren. Dari lembaga pendidikan tradisional inilah lahir para tokoh pejuang yang berjuang melawan penjajah.

“Realitanya, perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia ini berawal dari pendidikan ala pesantren. Muncullah tokoh-tokoh pejuang melawan penjajah,” lanjutnya.

KH. Ridlo juga menyampaikan keprihatinan terhadap narasi-narasi yang akhir-akhir ini dinilai menyudutkan santri dan pesantren.

“Saya sangat kecewa dengan narasi-narasi yang menyudutkan santri terkait pendidikan di pesantren. Mereka hanya melihat dari kulit luar, tetapi tidak melihat nilai-nilai pendidikan yang tidak tampak dan hanya dirasakan oleh santri itu sendiri,” tegasnya.

Lebih lanjut, KH. Ridlo menekankan bahwa menjadi santri bukanlah status yang berhenti setelah lulus dari pondok pesantren.

“Bagi saya, tidak ada istilah alumni santri. Sekali santri, selamanya dia santri. Santri merupakan identitas diri yang melekat pada siapapun yang belajar agama Islam dan mau memperjuangkannya,” ujarnya.

Ia berharap para santri dapat terus menjaga kesadaran diri akan jati dirinya sebagai santri sejati.

“Harapan saya, santri tahu kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai santri, sehingga layak dan pantas disebut santri dari tingkah laku, pribadi, dan akhlaknya,” tambahnya.

Dalam kesempatan tersebut, KH. Ridlo juga menyampaikan pesan bagi masyarakat dan pemerintah agar terus mendukung peran pesantren dalam mencetak generasi yang berakhlak dan berdaya guna.

“Bagi masyarakat, khususnya penentu kebijakan di pemerintahan, kami berharap kebijakan-kebijakan pro-pesantren perlu diperbanyak, baik terkait sumber daya manusianya, programnya, maupun infrastrukturnya. Agar pendidikan santri di pesantren dapat dilaksanakan maksimal dan menghasilkan santri-santri yang bermanfaat untuk masyarakat Indonesia,” pungkasnya.