Jakarta – Tokoh Pemuda Riau Asra Abdillah meminta masyarakat Rempang Galang untuk mewaspadai penumpang gelap yang sengaja untuk mengadu domba antara warga Sembulang Hulu dan pekerja PT. MEG yang saat ini ramai menjadi perbincangan.

“Warga Sembulang Hulu dan pekerja PT. MEG agar waspadai penumpang gelap yang sengaja memprovokasi agar terjadi kerusuhan kembali di Rempang Galang. Serahkan kasus ini kepada pihak Kepolisian, untuk mencari solusi penyelesaiannya dan jangan sampai ada kesalahpahaman,” tegasnya, hari ini.

Dia juga mengimbau kepada masyarakat agar tidak mengambil tindakan sendiri (main hakim sendiri) jika menghadapi kejadian serupa. Ia menegaskan bahwa setiap permasalahan pasti ada penyelesaiannya.

“Masyarakat lainnya jangan mudah terprovokasi terkait insiden yang terjadi antara warga Sembulang Hulu dan pekerja PT. MEG di Rempang Galang. Mari jaga ketenangan, kedamaian dan menghindari aksi-aksi yang dapat memperburuk situasi,” tambahnya.

“Kami harap masyarakat dapat lebih bijak dan tidak mudah terprovokasi. Jika ada masalah, segera laporkan kepada pihak kepolisian. Jangan sampai tindakan yang tidak terkontrol justru merugikan semua pihak,” tuturnya lagi.

Apalagi, lanjut dia, insiden Rempang saat ini masing-masing pihak memiliki versi yang berbeda-beda.

PT Makmur Elok Graha (MEG) yang memegang konsesi Proyek Strategis Nasional (PSN) Rempang Eco-City membantah tuduhan terkait penggunaan senjata tajam dalam kericuhan di Kelurahan Sembulang, Pulau Rempang, Kota Batam.

Angga, kordinator lapangan tim keamanan Rempang Eco City dari PT MEG mengungkapkan, kejadian bermula saat pihaknya melakukan patroli rutin di kawasan Kelurahan Sembulang.

“Kami sedang dalam perjalanan kembali dari patroli di daerah Sembulang. Ketika melewati simpang Sembulang Hulu, kami melihat sebuah mobil merah berhenti di pinggir jalan. Saat kami mencoba membantu, muncul empat orang mengendarai dua sepeda motor yang tiba-tiba mencoba menyerang kami dengan parang,” kata Angga di kantor PT MEG di Galang Baru, Rabu (18/12/2024).

Menurut Angga, serangan dimulai ketika kelompok tidak dikenal tersebut mengacungkan parang dan meneriaki tim keamanan dari PT MEG pada Pukul 21.00 WIB, Selasa (17/12) lalu.

Merasa terancam, anggota tim mencoba melarikan diri, namun salah satu rekan mereka terpisah. “Kami mencari rekan kami dan menemukannya sudah dihakimi secara brutal oleh warga. Dia diikat, dipukuli, hingga tidak sadarkan diri,” ungkap Angga.

Selain itu, upaya penyelamatan korban oleh pihak kepolisian sempat terhambat dan warga setempat menolak untuk menyerahkan karyawan PT MEG tersebut.

“Polisi mencoba membawa rekan kami ke rumah sakit, tapi warga menghalangi. Baru sekitar Pukul 00.15 WIB, kami berhasil menyelamatkan rekan kami secara paksa untuk mendapatkan perawatan medis,” tambahnya.

Sementara itu, Edi Jumardi, salah satu warga yang menjadi korban penyerangan, mengatakan saat kejadian dirinya tengah tertidur. Mendengar adanya keributan, dirinya dan anaknya lantas mengecek keadaan di luar rumah.

“Dengar suara ribut di luar, saya dan anak saya keluar. Namun saat di luar, kami didatangi puluhan orang. Mereka memukuli anak saya dan mengancam dengan parang dan kayu,” kata Edi.

Edi menyebut dirinya juga ikut terkena sabetan parang di bagian punggung. Beruntung, dirinya dapat melarikan diri dari serangan OTK tersebut.

“Saat saya berusaha menyelamatkan diri dan lari masuk ke rumah, saya kena parang di punggung. Kami bingung kenapa diserang, saya selama ini tidak pernah ada masalah dengan mereka,” ujarnya.