JAKARTA – Perserikatan Sosialisme Demokrasi menggelar dialog publik bertajuk “Demokrasi Pancasila sebagai Satu Panggilan Sejarah, Suara Anak Gen Z” pada Senin (20/10/2025) di Cerita Coffee, Tebet, Jakarta Selatan.

Acara ini menghadirkan tiga pembicara muda, yakni Fadly Rusdin, Aura Axnesia, dan Mahadir, serta dimoderatori oleh Amsterdam.

Puluhan pelajar dan mahasiswa turut hadir dan aktif berdiskusi mengenai peran generasi muda dalam menjaga nilai-nilai demokrasi.

Moderator Amsterdam membuka acara dengan refleksi tentang tantangan Generasi Z di era digital.

Ia menekankan pentingnya kesadaran sejarah untuk menjaga dan menghidupkan Demokrasi Pancasila sebagai identitas bangsa.

Dalam sesi pertama, Fadly Rusdin menyampaikan bahwa Demokrasi Pancasila bukan sekadar sistem politik, melainkan jiwa bangsa yang berakar pada nilai gotong royong, keadilan sosial, dan kemanusiaan.

Ia mengingatkan generasi muda agar tidak terjebak dalam kebebasan berekspresi yang tanpa tanggung jawab.

“Demokrasi bukan tentang siapa yang paling keras berbicara, melainkan siapa yang paling tulus mendengar,” ujarnya.

Fadly juga menekankan pentingnya budaya literasi di kalangan mahasiswa.

Sementara narasumber kedua, Aura Axnesia menyoroti isu kesetaraan gender dalam demokrasi.

Ia menyatakan bahwa demokrasi yang adil harus memberi ruang kolaborasi antara laki-laki dan perempuan.

“Suara perempuan merupakan bagian penting dari suara rakyat. Tanpa keadilan bagi perempuan, demokrasi tidak akan pernah utuh,” katanya.

Ia juga mendorong pemanfaatan teknologi dan media sosial untuk menyuarakan kebenaran dan memperjuangkan hak warga secara etis.

Mahadir, pembicara terakhir, menekankan bahwa demokrasi bukan hanya soal kebebasan berbicara, tetapi juga tanggung jawab sejarah.

Ia mengajak generasi Z untuk menjadi agen perubahan yang kritis, santun, dan bertanggung jawab.

“Kita adalah generasi yang mewarisi kemerdekaan. Kini saatnya kita mengisi kemerdekaan itu dengan kesadaran, kepedulian, dan keberanian,” ujarnya.

Diskusi berlangsung interaktif, dengan peserta diajak merefleksikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, baik di dunia pendidikan, digital, maupun sosial.

Acara ini menjadi wadah intelektual sekaligus panggilan moral bagi generasi muda untuk meneguhkan komitmen terhadap demokrasi yang inklusif dan berkeadilan.

Mengusung slogan “Pelajar Bergerak, Sosialis Rakyat Bangkit”, dialog publik ini menegaskan pentingnya peran anak muda dalam meneruskan cita-cita luhur bangsa melalui Demokrasi Pancasila.