Jakarta – Ketua Pengurus Cabang (PC) Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) Jakarta Timur, Heru Prayitno, menyampaikan harapannya agar Walubi dapat menjadi mitra strategis pemerintah dalam membangun kebhinekaan di Indonesia. Menurutnya, Walubi memiliki peran penting sebagai rumah besar umat Buddha yang menaungi berbagai aliran dan mahzab dalam ajaran Buddha.

“Walubi harus menjadi mitra pemerintah dalam membangun kebhinekaan di negeri ini. Ajaran Buddha penting diaplikasikan untuk memupuk persatuan, saya berharap Walubi dan umat Buddha membangun bangsa dengan saling menghargai,” kata Heru.

Ia menekankan bahwa pertumbuhan semangat beragama di kalangan umat Buddha saat ini terlihat positif, yang tercermin dari semakin meningkatnya jumlah dan aktivitas di tempat ibadah. Heru menyebut tempat ibadah umat Buddha tidak hanya digunakan untuk kegiatan keagamaan, tetapi juga menjadi ruang untuk kegiatan sosial yang memberi manfaat bagi masyarakat lintas agama.

“Saya ikut merasakan semangat umat Buddha yang bertumbuh dengan baik. Ini bisa dilihat dari kegiatan keagamaan yang semakin ramai dan tempat ibadah yang juga aktif menggelar kegiatan sosial untuk masyarakat luas,” ujarnya.

Heru juga mengimbau para pemuka agama Buddha untuk terus menyebarkan pemahaman bahwa esensi agama adalah untuk memanusiakan manusia. Ia menekankan pentingnya menanamkan sikap toleransi, karena menurutnya agama hadir bukan untuk mencari perbedaan, melainkan mempererat persamaan.

“Pada dasarnya tiap agama memberikan solusi atas keadilan dan perilaku dalam kehidupan bermasyarakat. Agama juga menjadi landasan untuk menentang perilaku menyimpang,” jelasnya.

Saat ini, menurut Heru, terdapat 13 aliran Buddha yang berada di bawah naungan Walubi. Ia menegaskan bahwa Walubi terus membawa misi untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan Buddha Dharma demi menciptakan kehidupan yang harmonis.

“Dengan memahami ajaran Buddha secara mendalam, kita akan menciptakan kesejukan, kesejahteraan, dan kemajuan lahir batin. Ini menjadi kunci untuk menjauhkan manusia dari perbuatan jahat akibat pandangan keliru yang berasal dari ego diri sendiri, yang kerap menjadi sumber penderitaan sepanjang masa,” pungkasnya.