Jakarta – Indopos.com menggelar seminar dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila yang akan jatuh pada 1 Juni mendatang. Acara yang bertajuk “Mencintai NKRI dari Balik Jeruji: Efektivitas Deradikalisasi Narapidana Teroris di Indonesia” ini merupakan kolaborasi antara indopos.com dengan beberapa lembaga strategis, termasuk Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Direktorat Jenderal Imigrasi, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham), serta Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). Diskusi mengenai pendekatan holistik dalam pencegahan dan penanggulangan terorisme menjadi fokus utama seminar ini.

Dalam kesempatan pertama, Direktur Deradikalisasi BNPT, Brigjen Pol R Akhmad Nurwahid, menekankan bahwa terorisme bukanlah masalah yang bersumber dari agama tertentu, melainkan lebih kepada penyalahgunaan dan penyimpangan oleh oknum-oknum tertentu dalam memahami agama mereka. Nurwahid menyampaikan bahwa pendekatan ini melibatkan edukasi yang menyeluruh, kesiapan nasional, kontra-radikalisasi, penguatan regulasi, serta proses deradikalisasi yang komprehensif.

“Dengan pendekatan ini, kita tidak hanya menjaga stabilitas dan keamanan nasional, tetapi juga membangun masyarakat yang tangguh terhadap ancaman ideologi radikal,” tegasnya.

Antonius Benny Susetyo, Staff Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP, menyampaikan paparannya mengenai upaya deradikalisasi para narapidana teroris dengan menyatakan bahwa radikalisme dan terorisme adalah bukan semata-mata tentang agama karena sesungguhnya semua agama itu bertentangan kerasan.

“Namun agama dan kepercayaan dibajak oleh sebagian orang untuk kepentingan politik radikalisme dan terorisme menggunakan termin-termin agama untuk kepentingan pribadi dan golongan demi merebut kekuasaan.” tegasnya.

Lebih Lanjut, Benny menyampaikan tentang upaya yang telah dilakukan BPIP bekerja sama dengan BNPT, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kemenkumham, dan Komisi 3 DPR RI kepada para narapidana teroris dengan kembali memperkenalkan ideologi dan nilai-nilai Pancasila melalui pendekatan pendekatan humanis dan tidak dogmatik.

“Para narapidana teroris perlu diingatkan kembali bagaimana sesungguhnya ideologi Pancasila merupakan ideologi yang praktis dan nyata dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia dibandingkan dengan paham-paham utopis yang berujung pada perpecahan dan kehancuran.” ucapnya.

Lebih lanjut, doktor komunikasi politik ini menyatakan bahwa masyarakat internasional harus belajar dari Indonesia.

“Sebagai contoh, pendekatan Amerika dengan kekerasan dan ketakutan terbukti tidak mampu menanggulangi radikalisme hal tersebut malah menimbulkan resistensi.” ucapnya.

Oleh karena hal tersebutlah menurut Benny bahwa kita harus senantiasa menyadari pentingnya pendekatan Pancasila dan edukasi dalam melawan terorisme, kita tidak dapat lagi menggunakan metode-metode represif dan dogmatis dalam upaya deradikalisasi dan penanaman nilai Pancasila.

“Dengan menggandeng para influencer untuk memenuhi ruang ruang publik dengan konten-konten pemersatu bangsa dan memperkuat kecintaan masyarakat pada tanah air dan Pancasila dengan menanamkan bahwa cinta tanah air dan ber-Pancasila itu keren dan mereka yang keren adalah mereka yang ber-Pancasila dan senantiasa menanamkan nilai-nilai persaudaraan.” ucapnya.

Benny menutup paparannya dengan menyatakan bahwa dalam upaya deradikalisasi pada Para Narapidana Terorisme,kita harus fokus pada edukasi serta pendekatan yang mengedepankan nilai-nilai Pancasila. Pendekatan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat, termasuk tokoh agama dan influencer, sangat penting untuk membangun masyarakat yang bebas dari radikalisme dan terorisme serta ketahanan ideologi bangsa.

“Dengan upaya bersama dan komitmen yang kuat, kita niscaya dapat menjaga keamanan dan kedamaian di Negara Republik Indonesia.” harapnya.

Seminar yang dihadiri juga oleh berbagai tokoh dan pemangku kepentingan terkait upaya deradikalisasi, termasuk Erwadi Supriyatno dari Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kemenkumham dan M. Nasir Jamil dari Komisi 3 DPR RI sebagai pembicara dan 50 orang dari unsur masyarakat, media dan pembuat kebijakan ini diakhiri dengan harapan bahwa upaya-upaya yang direkomendasikan dapat diimplementasikan secara efektif untuk memperkuat upaya deradikalisasi dan mengembalikan nilai-nilai Pancasila yang lebih praktikal dan humanis. Sehingga cita-cita untuk membangun masyarakat yang lebih aman dan damai di Indonesia dapat terlaksana.