Yogjakarta – Dai kondang asal Yogjakarta Ustad Drs H Wijayanto mengingatkan pentingnya menjaga tali silaturahmi dan mempererat toleransi antar umat beragama serta persatuan dan kesatuan.

Apalagi pesta demokrasi (Pemilu 2024) akan digelar dua tahun lagi, suhu politik bisa kembali memanas seperti Pemilu sebelumnya.

“Jangan memutuskan tali silaturahmi, keberagaman anda tidak ada artinya kalau memutuskan hubungan silaturahim. Allah sengaja mengikat hubungan satu dengan yang lain agar tidak ada polarisasi dan konflik,” tegas Ustad Wijayanto, hari ini.

Dijelaskannya, pada prinsipnya ajaran agama itu ada dua pilar pokok yakni Hablum Minallah dan Hablum Minannas. Hablum Minallah yakni bagaimana beribadah kepada Allah dengan sebaik-baiknya dan HABLUM MINANNAS atau berhubungan baik dengan sesama manusia. Hal itu sangat dianjurkan dalam Islam. Kata dia, puasa untuk semata-mata untuk Allah dan zakat untuk manusia, maka bohong sekali kalau ibadahnya bagus tapi muamalah nya ditinggalkan.

“Ada orang sholat yang sampai jidatnya hitam, haji boleh tiap tahun karena dekat dengan Ka’bah tapi tidak ada artinya kalau tidak baik dengan tetangga. Ternyata iman hilang bukan karena dia tidak sholat atau puasa, iman hilang kalau dia tidur nyenyak tapi tetangga kelaparan,” ujarnya lagi.

Selain itu, Ustad Wijayanto juga berpesan agar publik tanah air tidak terprovokasi dengan isu hoax atau berita bohong yang berseliweran di media sosial. Juga ada isu polarisasi, beda pilihan yang bisa berdampak memecah belah antar bangsa dan berbahaya bagi keutuhan NKRI.

Kata dia, menjaga hubungan baik dengan sesama adalah hal yang terpenting karena humanisme itu dasar keislaman. Tidak terpengaruh dengan pilihan politik dan bendera partainya.

“Masa mau menolong orang karena PDIP atau Nasdem apalagi sama tetangga. Di surat An-Nisa tidak disebutkan partainya apa, muslim Kristen atau apapun, toh kalau kebakaran itu yang tolong adalah tetangga. Misal kalau ada anggota Polri dilalu lintas ada kecelakaan masa harus lihat fisik atau yang lain, tidak perlu sukunya atau agamanya, NU apa Muhammadiyah, Demokrat atau lain masa harus dilihat itu? Tidak peduli anda bela apapun pasti dapatnya kaos oblong luntur. Partai anda menang anda tidak dapat apa-apa,” bebernya lagi.

Dia berharap agar masyarakat Indonesia dewasa dalam berpolitik, harus menghargai perbedaan yang ada. Tidak ada warga yang sampai memutuskan tali silaturahmi hanya karena berbeda pilihan.

“Jangan sampai beda partai dan politik memutuskan silaturahim, karena itu jalan surgawi. Sekali lagi, orang Islam harus paham surat An-Nisa ayat 36 yang ada 10 disitu yang harus bakti kepada Allah, keluarga, anak yatim bahkan tetangga dekat dan jauh, ibnu safir dan anak buah. Sehingga betul-betul jangan sampai ada sosial politik terpecah keberagaman karena kita diikat dalam hubungan satu bangsa. Sayang usaha ibadah kita kalau tidak kita perbaiki apalagi hubungan kemanusiaan di tahun 2024 jangan karena beda dan itu juga hanya 2 periode. Mudah-mudahan saudara kita tidak mudah terpolarisasi karena masyarakat kita mudah terpengaruh,” pungkasnya.