Malang – Buntut Tragedi Kanjuruhan, Pegiat Olahraga dari Universitas Negeri Malang (UM), Cholilullah Irawan meminta sepakbola Indonesia harus melakukan evaluasi menyeluruh tentang sistematika pertandingan agar kejadian serupa tidak terulang kembali.

Evaluasi dilakukan tidak hanya federasi saja melainkan juga operator, panitia pelaksana, keamanan, termasuk juga suporternya.

“Dengan dasar kajian yang saya lakukan, semua pihak berharap besar pada pemangku kebijakan agar perubahan besar terjadi dan meminimalisir terjadinya tragedi Kanjuruhan dikemudian hari,” ungkap Irawan, hari ini.

Menurutnya, dari hasil kajiannya tercatat dengan jelas dari semua tragedi stadion yang terjadi dalam sejarah hingga tahun 2015 bahwa bencana terutama terjadi karena organisasi pertandingan yang buruk. Polisi dan pendukung biasanya ditemukan dalam hubungan yang tidak baik satu sama lain; maka hal ini secara otomatis menyebabkan memanasnya ketegangan antara kedua belah pihak dan akhirnya mengarah pada agresi dan krisis.

“Di satu sisi, disimpulkan bahwa setiap kali situasi di tribun tidak terkendali dengan penonton, polisi selalu menggunakan solusi menembakkan gas air mata ke arah mereka. Penggunaan gas air mata tentu saja membubarkan para penonton namun sayangnya hal itu memaksa mereka untuk melarikan diri demi mencari tempat untuk bernafas dan melepaskan diri dari asap. Akibatnya, pasukan polisi di seluruh dunia tidak memiliki pengalaman menangani pengendalian massa selama pertandingan,” sebutnya.

Di sisi lain, lanjut dia, ditemukan bahwa para pendukung juga harus disalahkan atas bencana stadion karena mereka selalu menyerbu gerbang dalam jumlah besar sementara banyak dari mereka bahkan tidak memiliki tiket masuk. Tindakan tersebut memaksa polisi untuk menangani mereka dengan cara yang agresif.

Irawan juga menyampaikan sistem yang harus diperbaiki dalam persepakbolaan Indonesia diantaranya adalah meningkatkan stadion, membangun stadion berkapasitas tinggi, meningkatkan keamanan infrastruktur olahraga. Dan meningkatkan perilaku penonton.

“Edukasi sensitisasi penggemar dan penetapan sanksi bagi yang melakukan kerusuhan. Mengajarkan para penggemar untuk menghormati ketertiban. Sementara dari pihak keamanan agar rutin melakukan latihan menghadapi massa dan ditekankan agar menghadapinya bisa dilakukan secara damai,” pungkasnya.

Temukan juga kami di Google News.