JAKARTA- Sangat Disesalkan sekali di awal tahun baru masih saja muncul hal-hal provokatif yang menciptakan kegaduhan. Kegaduhan itu membuat publik heboh dengan berita tujuh kontainer surat suara telah tercoblos yang ternyata hoaks.  

Dan yang paling disesalkan oleh publik adalah informasi itu justru disebar melalui cuitan Ustadz Tengku Zulkarnain notabene anggota Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Wasekjen Demokrat Andi Arief. Pasalnya, cuitan Ustadz Tengku Zulkarnain terkait hoax surat suara yang tercoblos itu viral namun tiba-tiba setelah gaduh cuitan itu lenyap di lini masa. 

Berikut cuitan Ustadz Zulkarnain : “7 kontainer surat suara Pemilu yang didatangkan dari China sudah tercoblos untuk pasangan nomor 01? (Menyebut salah satu stasiun TV, red). Nampaknya Pemilu sudah dirancang untuk curang? Kalau ngebet banget apa tidak sebaiknya buat surat suara permohonan agar capres yang lain mengundurkan diri saja? Siapa tahu mau,” tulis akun @ustadtengkuzul.

Hal yang sama juga disampaikan saudara Andi Arief tiba-tiba cuitannya yang membuat gaduh itu pun menghilang. 

Berangkat dari persoalan tersebut, massa tergabung dalam Jaringan Insan Muda Indonesia (JIMI) berunjuk rasa didepan Gedung Majelis Ulama Indonesia (MUI) Menteng Jakarta Pusat. Mereka meminta agar MUI mengevaluasi posisi Tengku Zulkarnain karena tidak mampu menjaga marwah MUI.

“Kenapa informasi 7 kontainer surat suara tercoblos yang ternyata hoaks itu ditelan mentah-mentah yang belum tentu kebenarannya lalu disebar dan menimbulkan kegaduhan. Ini bukan karakter ulama, mestinya Tabayun terlebih dulu minimal punya niatan baik seharusnya kontak KPU melalui LO nya,” tegas Kordinator aksi JIMI Faris saat berorasi, Kamis (10/1/2019).

“Tengku Zulkarnain ini anggota MUI atau corong parpol, apa corongnya Prabowo. MUI harus berbenah jika ingin menjaga marwah MUI, jangan biarkan citra MUI tercoreng dengan sosok Tengku Zulkarnain,” kata dia lagi.

Lebih lanjut, Faris menilai manuver Tengku Zulkarnain kali ini menjadi blunder buat dirinya akibat kerap menyinyir. Kata Faris, Tengku Zulkarnain nampaknya lupa menyandang gelar anggota MUI sehingga ia keblinger dengan yang namanya popularitas.

“Kita positif thinking saja, jangan-jangan Tengku ini terinspirasi dengan gaya-gayanya Fahri Hamzah dan Fadli Zon yang sudah ketipu hoaks penganiayaan Ratna Sarumpaet. Kok masih saja diulangi. Kalau mau jadi politisi mending lepas jabatanmu di MUI, sangat tidak pantas menjadi panutan umat,” tuturnya.

Faris berharap MUI bisa diisi oleh figur-figur yang bisa membawa kedamaian dan kesejukan bukan kebencian dan permusuhan. 

“Rekam jejaknya kan kelihatan dengan materi ceramah yang dibawakan kerap menyinyir dan memprovokasi jamaah agar membenci pemerintahan Jokowi. Sangat miris sekali MUI kok diisi orang demikian, bukannya sampaikan ceramah sejuk dan damai,” tambah dia.

“Kami sarankan kepada Ustadz Tengku Zulkarnain lebih baik anda keluar dari MUI, lebih baik bergabung dengan partai pro Prabowo seperti PKS, Gerindra atau PAN. Kami butuh ulama menyejukkan bukan provokator,” cetus dia lagi.

HOAKS RATNA SARUMPAET, SELANG CUCI DARAH KINI 7 KONTAINER SURAT SUARA TERCOBLOS, MAINAN SIAPA ? PUBLIK SUDAH PINTAR SIAPA MEREKA BIANG KEROKNYA

Massa JIMI juga menyambangi Gedung Bareskrim Mabes Polri yang memuji kinerja Polri karena berhasil mengungkap kasus hoaks 7 kontainer surat suara tercoblos. Pasalnya, Mabes Polri menetapkan Bagus Bawana Putra sebagai tersangka pembuat konten (kreator) dan pendengung (Buzzer) berita bohong tersebut. Kononnya, Bagus adalah Ketua Dewan Koalisi Relawan Nasional (Kornas) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno itu ditangkap di Sragen Jawa Tengah pada 7 Januari 2018.

“Polri jangan takut, rakyat dibelakangmu. Usut tuntas kasus hoaks di Republik ini,” kata Faris.

Lebih lanjut, Faris menyarankan agar para pelaku dan penyebar hoaks ini diberikan efek jera agar bisa menjadi pelajaran dan tidak terulang kembali. Kendati demikian, kata Faris, masyarakat sudah semakin cerdas dengan permainan pihak yang sengaja membuat konten bohong jelang Pemilu ini.

“Hoaks Ratna Sarumpaet sudah, Hoaks selang cuci darah sudah, kini hoaks 7 kontainer surat suara tercoblos berikutnya apalagi coba. Publik kita sudah cerdas, siapa biang keroknya dibalik ini,” tegasnya lagi.

Dia pun mengingatkan agar masyarakat tidak mudah diadu domba dengan beredarnya informasi yang belum jelas nilai kebenarannya dan tak disertai data. Selain itu, Faris mengaku kasihan jika pelaku ternyata tidak diakui sebagai bagian dari relawan paslon 02. 

“Kasihan benar, habis manis sepah dibuang. Sekelas pentolan relawan aja gak diakuin apalagi yang demen nyebarin hoaks terus ketangkap Polisi. 2018 isu gagal total kok 2019 diulangi lagi pakai isu hoaks, ada yang panik kayaknya takut kalah,” pungkasnya.