Jakarta – Fakta bahwa aksi 212 tidak sekedar gerakan bela agama, tetapi suatu gerakan dengan tujuan politik, mulai terkuak dan makin gamblang.
Pernyataan salah seorang pendiri Presidium Alumni 212 Faizal Assegaf yang menunggu komitmen Anies Baswedan untuk balas budi atas aksi bela Islam 212 super damai yang sudah menghasilkan Anies sebagai Gubernur DKI merupakan bukti bahwa aksi 212 adalah aksi politik.
“Tuntutan Faisal Assegaf ini jika disimak berkaitan dengan isu kepulangan Habieb Rizieq Shihab dari Saudi Arabia ke Indonesia,” ungkap Ketua Presidium Jaringan Aktivis Reformasi Indonesia (Jari 98) Willy Prakarsa saat dikonfirmasi yang sedang melaksanakan ibadah umroh di Mekkah, hari ini.
Menurut Willy, ketidakpastian kepulangan Habib Rizieq Shihab ke Indonesia membuat pihak yang pro dengan habib Rizieq melakukan berbagai cara agar Habib Rizieq dapat pulang ke Indonesia dengan lancar. Cara tersebut antara lain mendorong Anies Baswedan selaku Gubernur DKI, yang diklaim sebagai usaha Aksi 212, untuk melindungi Habib Rizieq ketika sudah di Jakarta.
‘Pernyataan Faisal Assegaf ini juga menunjukkan beberapa hal selain sebagai bukti aksi 212 sebagai aksi politik,” ungkap Willy.
Hal pertama adalah pengikut aksi 212 sudah terpecah belah. Bukti perpecahan tersebut pertama mulai muncul pernyataan-pernyataan dari anggotanya yang cederung bertentangan atau tidak saling mendukung, seperti pernyataan Faisal Assegaf kepada Anies. Selain itu, kata dia, sudah terbentuk Persaudaraan Alumni 212 untuk menandingi Presidum Aksi 212.
“Bukti ini sangat kuat menunjukkan alumni 212 terbelah,” ujarnya.
Lalu, sambung Willy, apakah Anies akan membalas budi kepada alumni 212 yang tokoh centralnya adalah Habib Rizieq Shihab ?
“Tentu saja Anies yang sudah dan sedang duduk di atas kursi jabatan yang menggiurkan, Gubernur DKI, tidak akan mudah untuk dipengaruhi oleh alumni 212,” sambungnya.
Selain itu, kata dia, Anies diperkirakan mempunyai agenda tersendiri yang membutuhan sumber daya, yang tentu saja akan terkuras jika harus membalas budi kepada Habib Rizieq.
Atas dasar hal tersebut, kata Willy, Anies diperkirakan saat ini memang menjaga jarak dengan alumni 212, bukan untuk menjaga agar dipandang berpihak untuk semua golongan, tapi sekedar menghindar, dan menjalankan strategi, agar peluru-peluru tidak terbuang percuma dan mampu ditembakkan pada pilpres nanti.
“Menanti balas budi Anies kepada Habib Rizieq Shihab ? Jangan pernah berharap,” jelasnya.
Sementara itu, Faizal Assegaf menilai, isu kepulangan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) yang saat ini ramai diperbincangkan dituding sudah ditumpangi kepentingan.
Dia khawatir, isu kepulangan Rizieq yang beberapa kali digoreng ini sengaja dimanfaatkan oleh kelompok tertentu untuk mengais kepentingan politik dan keuntungan materi.
Faizal pun meminta pihak yang berwajib mengecek isi rekening Ketua Panitia Penyambutan Imam Besar Habib Rizieq, Eggi Sudjana.
“Jadi kalau semangat Bung Eggi dan kawan-kawan mengatakan, datang memobilisasi, yang perlu dicek adalah aliran dana sebenarnya dari semua yang teriak itu,” ucapnya.
Masih kata Faizal, indikasi lainnya dengan dibentuknya Persaudaraan Alumni 212 yang diembuskan oleh Sekjen FPI Slamet Maarif. Faizal membantah isu bahwa Presidium Alumni 212 membentuk organisasi tersebut.
Dua hari setelah deklarasi itu, Faizal mengumumkan ke publik bahwa Slamet Maarif dkk telah dipecat dari Presidium Alumni 212.
“Sehingga apa yang mereka lakukan tidak bisa mewakili spirit 212,” kata Faizal.
Setelah itu, kata aktivis Progres 98 ini, mereka memasang berbagai spanduk kepulangan Rizieq. Lalu menciptakan kehebohan bahwa Rizieq akan pulang ke Indonesia pada 21 Februari 2018. “Dan kami yang masih waras ini bilang belum,” ujar Faizal.
Faizal khawatir ada penerimaan-penerimaan terselubung di balik isu penyambutan Rizieq dari Arab Saudi. Apalagi isu tersebut beberapa kali digulirkan, dan tidak ada realisasinya hingga sekarang.
“Kalau mau datang, ya datang saja. Enggak usah mobilisasi orang,” pungkas dia.
Tak cuma itu, Sekjen PA212 Ustadz Hasri Harahap, menegaskan tidak ingin terlibat dalam panitia yang dibentuk oleh PA212 kelompok Ustadz Slamet Maarif itu.
“Saya lebih suka dikatakan kami tidak ingin terlibat dalam PPIB,” kata Ustadz Hasri.
Hal ini disampaikan lantaran memang pada tanggal 21 Februari 2018 tidak ada agenda Habib Rizieq akan pulang ke Indonesia. Bahkan sejauh ini Ketua Umumnya yakni Habib Umar al Hamid selalu intens berkomunikasi dengan Habib Rizieq di Makkah secara langsung, dan memang tidak statemen Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) tersebut akan pulang pada bulan ini.
“Ada upaya untuk menjemput bahkan ada panitia PPIB yang diinisiasi oleh Persaudaraan 212. Tapi kalau dari kita tidak ada keterangan soal kepulangan,” terangnya.
Pun demikian, ia mengatakan agenda 21 Februari yang merupakan tanggal cantik 212 tidak ada agenda penjemputan Habib Rizieq di Bandara Soekarno-Hatta seperti yang digembor-gemborkan oleh Eggi Sudjana cs, melainkan aksi besar 212 di tempat lain.
“Memang tanggal 212 itu akan ada aksi besar, masalah kepulangan Habib Wallahu A’lam,” tuturnya.