CIAMIS – Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kabupaten Ciamis menggelar kegiatan Sosialisasi Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat tahun 2022 bagi Sekretaris kecamatan se-Kabupaten Ciamis.

Kegiatan yang mengambil tema “Antisipasi Terhadap Gerakan Radikalisme dan Terorisme” tersebut diikuti oleh seluruh camat dan sekertaris kecamatan se-Kabupaten Ciamis, dilaksanakan di Aula Fisip Universitas Galuh (Unigal) Ciamis, Selasa (26/07/2022).

Kepala Bakesbangpol Kabupaten Ciamis, R. Yadi Tisyadi, S.E., M.Si., melalui Kepala Bidang Kewaspadaan Nasional Bakesbangpol Ciamis, Purwadi mengatakan bahwa maksud rakor kewaspadaan dan deteksi dini adalah bentuk pelaksanaan Permendagri 46 tahun 2019 tentang kewaspadaan dini di daerah.

Purwadi juga menilai, dengan sosialisasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan pengetahuan peserta/elemen masyarakat dalam melakukan deteksi dini dan pencegahan dini serta dapat meminimalisir permasalahan yang berkembang di masyarakat juga bisa meningkatkan laporan cepat serta terciptanya potensi konflik yang mungkin terjadi.

“Tujuan dilaksanakan giat ini dapat terwujud melalui kemampuan peserta/ elemen masyarakat dalam melakukan cegah dini dan deteksi dini terjadinya kerja sama dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD),” ucapnya.

Melalui giat ini lanjut Purwadi diharapkan dapat meningkatkan kewaspadaan dini menyikapi setiap permasalahan yang berkembang di tengah masyarakat seperti paham radikal, bencana alam dan lainnya. Sekecil apapun harus dapat di deteksi dan pencegahan dini, sehingga akan dapat mencegah kerugian dalam kejadian yang lebih besar.

“Ini bukan tugas aparat keamanan saja tetapi harus kolaborasi dan sinergitas bersama elemen masyarakat demi terwujudnya kelangsungan pembangunan Ciamis yang aman, damai kondusif, sehingga terciptanya Galuh tangguh, Ciamis sinergis, Jabar juara, Indonesia maju dapat terlaksana,” ungkapnya.

Asisten Daerah (Asda) 1 Kabupaten Ciamis, Drs. H. Wasdi yang hadir dalam acara tersebut, menyampaikan bahwa saat ini masyarakat Indonesia masih salah kaprah dalam mengartikan secara harfiah mengenai radikalisme dan terorisme.

“Karena tidak paham, mengenai radikalisme dan aksi terorisme, maka seringkali itu dikaitkan dengan salahsatu aliran agama yang ada,” katanya.

Dijelaskan Wasdi, paham radikalisme itu sering dikaitkan dengan aksi terorisme karena pada dasarnya kelompok radikal dapat melakukan cara apa pun agar keinginannya tercapai, termasuk meneror pihak yang tidak sepaham dengan pemikiran atau ajaran mereka.

“Walaupun kerap kali paham radikalisme ini dikaitkan dengan agama tertentu, pada dasarnya radikalisme adalah masalah politik dan bukan ajaran agama,” jelasnya.

Salah seorang Narasumber dari Badan Intelijen Strategis (BAIS), Serma Aldi mengatakan pemerintahan di kecamatan, sudah seharusnya dapat melakukan deteksi dini setiap perkembangan situasi, termasuk permasalahan gejala yang mengarah kepada radikalisme dan terorisme.

“Seseorang atau kelompok radikalis dapat mengalami perubahan menggunakan cara-cara ekstrim, dalam kekerasan ekstrim melalui aksi teror dipengaruhi banyak hal diantaranya mulai dari pengaruh faktor yang bersifat internasional seperti ketidakadilan global, politik luar negeri yang arogan, dan penjajahan,” paparnya.

Dijelaskannya selain itu juga dapat dipengaruhi oleh faktor domestik seperti persepsi ketidakadilan, kesejahteraan, pendidikan, kecewa kepada pemerintah, serta balas dendam.

“Kita harus sepakat ekstrimisme, radikalisme dan terorisme merupakan ideologi yang bertentangan dengan pandangan masyarakat dan negara, untuk itu maka perlu ada upaya yang sistematis untuk mengatasinya,” ungkapnya.

Aldi juga mengungkapkan bahwa untuk mengatasi hal tersebut salahsatunya dengan menggelar pendidikan dengan mengedepankan pendekatan karakter budaya Indonesia yang terkenal ramah tanpa kekerasan.

“Sifat ramah dan nilai-nilai karakter budaya yang dimiliki bangsa Indonesia sudah lama mengakar sepatutnya di satukan dalam semua mata pelajaran, tidak serta merta dalam mata pelajaran agama, Pendidikan Kewarganegaraan Nasional (PKN) ataupun aqidah akhlak,” paparnya.

Melakukan kampanye-kampanye Islam Rahmatan lil ‘alaminn, Islam ramah, Islam Subtanstif, Islam santun dan sejenisnya baik di dunia maya melalui website, Whatsap, facebook, IG, twiter dan sejenisnya maupun nyata.

“Yang paling utama kerjasama penguatan pemikiran kebangsaan antar organisasi-organisasi Islam yang ada di Indonesia,” pungkasnya.