JAKARTA – Peran mahasiswa sangat penting untuk meluruskan niat menjaga keutuhan NKRI dari ancaman ideologi luar dan ekstrimisme.

“Jangan sampai mahasiswa tidak sadar dan akibatnya keutuhan kita terancam saat ini. Demokrasi dinegeri ini sedang tidak sehat,” demikian disampaikan Ketua Repdem DKI Fernando Yohanes dalam Diskusi Publik Gerakan Mahasiswa Menuju Indonesia Baru “Reposisi Gerakan Mahasiswa Dalam Mengamalkan Nilai Kebhinnekaan” di Upnormal Cafe Raden Saleh Jakarta, kemarin.

Lebih lanjut, Fernando mencatat bahwa reposisi Gerakan Mahasiswa harus kembali sejenak mundur kebelakang dan melihat kembali sejarah-sejarah besar dunia yang saat itu lahir dan dilakukan oleh kalangan pemuda. Saat kemerdekaan Indonesia, Bunga karno saat itu dengan umur 27 tahun sudah bisa melahirkan dan membentuk sebuah partai Nasionalis Indonesia. Jenderal Sudirman menjadi Jenderal juga berumur 27 tahun. 

“Ini menjadi bukti bahwa anak muda selalu menjadi penggerak dan pelopor dalam perubahan di setiap bangsa,” sebutnya.

Selanjutnya, kata dia, era Bung Tomo generasi mudanya juga terbangun kesadaran akan kondisi bangsa yang menginginkan kemerdekaan dan terbebas dari kekuatan penjajah. Dan puncaknya adalah 1928 yakni sumpah pemuda.

“Inilah tonggak awal dan deklarasi politik dari orang muda,” kata Fernando lagi.

Sementara itu Dewan Pakar Persatuan Alumni GMNI Paulus Londo menjelaskan bahwa ciri dari gerakan mahasiswa adalah dinamis, independen, obyektif dan tidak terikat pada instrument kekuasaan apakah itu partai ataupun birokrasi pemerintah dan tidak mementingkan kepentingan sesaat.

“Mahasiswa harus mementingkan kepentingan bersama dalam hal ini bangsa dan negara,” sambung Paulus.

Kata dia, peran dari elemen mahasiswa harus bisa menjawab persoalan bangsa. Terkait kebhinekaan, bisa melihat bahwa di Indonesia begitu banyak suku dan agama dan ini dinilai sangat rentan terjadi konflik horizontal di masyarakat dan ini yang dilihat bangsa-bangsa asing untuk memecah.

“Kalau kita menghilangkan perbedaan tidak mungkin tetapi tugas mahasiswa dalam melakukan sebuah gerakan yakni menjadi jembatan antar perbedaan tersebut di kalangan masyarakat. 

Selain itu mahasiswa tidak menjadi eksklusif dan harus menyatu dengan rakyat,” pungkasnya.