JAKARTA – Pengamat Intelijen Stanislaus Riyanta menyebut gerakan aksi demonstrasi yang berujung kebrutalan memiliki tujuan ingin mengganggu pemerintah dan ujung-ujungnya memiliki niatan jahat yakni turunkan Jokowi.
“Jadi kemarin (aksi brutal) itu tidak ada faktor tunggal tetapi menggangu Pemerintah. Ujung- ujungnya turunkan Jokowi,” ungkap Stanislaus.
Hal itu mengemuka dalam diskusi publik bertema “Demokrasi yang Beradab” yang diinisiasi Jaringan Aktivis Nusantara dan Garda Nawacita di Apollo Cafe, Hotel Ibis Cikini Menteng Jakpus, Selasa (15/10/2019).
Menurutnya, demo yang dilakukan beberapa kelompok memiliki aspirasi yang berbeda-beda dan ada juga yang ikut-ikutan bahkan parahnya ada kelompok yang dipersiapkan untuk kerusuhan. Dan situasi tersebut dinilai sangat rawan berpotensi jadi celah masuknya ancaman yang sangat besar dan di manfaatkan oleh kelompok yang tidak suka dengan pemerintah.
“Lihat saja, jangankan mahasiswa, dosen saja di tangkap karena menyiapkan bom molotov. Ada barisan sakit hati yang menungganginya sehingga perlu diperiksa ke psikiater, untuk memastikan ada gangguan jiwa atau tidak,” sambungnya.
Hal senada juga dikemukakan Ketua Presidium Jaringan Aktivis Reformasi Indonesia (JARI 98) Willy Prakarsa agar barisan sakit hati yang berusaha menunggangi aksi mahasiswa agar terjadi kerusuhan itu memeriksakan dirinya ke psikiater.
“Iya setuju, supaya diperiksa kejiwaannya,” ucapnya.
Dia menuding ada jaringan yang masih belum bisa menerima kenyataan dan belum bisa legowo untuk berdemokrasi dengan baik sehingga tidak ingin Indonesia damai.
“Ada yang tidak menerima kenyataan dan belum bisa legowo,” tambah Willy lagi.
Ditempat yang sama, mantan Presma Jayabaya Ismail Marasabessy sepakat bahwa ada pihak-pihak yang masih belum dewasa dalam berpolitik dan disarankan untuk datang berobat kejiawaannya.
“Sepakat sekali ada baiknya mereka yang masih belum dewasa dalam berpolitik segera datang cek kejiwaan,” sebut Ismail.
Ismail meminta agar mahasiswa maupun pelajar yang ingin turun ke jalan benar-benar teliti dengan melakukan kajian secara matang.
“Kaji secara matang agar memahami benar aspirasi yang disuarakan. Kita sudah mempunyai pemimpin yang baru dan bagi yang sakit hati dendam, bisa lah bertarung di periode 2024,” pungkasnya.
Tak Juga Bersikap Dewasa Dalam Berpolitik, Kelompok Sakit Hati Sebaiknya Cari Obat Jiwa
Tag Terkait: